Koran Legendaris Koleksi Denny JA

Bintang Timor - Surabaya

Oleh JJ Rizal

Bintang Timor, surat kabar arahan J.Z. van den Berg yang terbit di Surabaya ini, jelas termasuk surat kabar pionir di Hindia Belanda. Surat kabar setebal empat halaman ini, terbit setiap Rabu dengan oplahnya antara 400 sampai 600 eksemplar. Isinya memuat berita kejadian-kejadian di dan sekitar Hindia Belanda serta Singapura.  Di koran ini, dimuat juga harga komoditas di pasar Singapura, seperti gambir, candu, rempah-rempah, katun dan benang untuk keperluan para pedagang. Ia membuka rubrik “Kabaran dari Mail”, berupa berita-berita luar negeri dari Eropa, Tiongkok, dan negeri-negeri lain. Selain itu, surat kabar ini juga mengutip sari berita dari Javasche Courant yang berbahasa Belanda, termasuk berita-berita dari pemerintah dan birokrasi kolonial Hindia Belanda.


Awalnya, surat kabar yang diterbitkan Gimberg Brother & Co pada 10 Mei 1862 ini benama Bintang Timoor dengan dobel “o”. Gimberg Brother & Co sendiri, semula merupakan agen distributor surat kabar Slompret Melajoe yang terbit di Semarang pada awal tahun 1860. Pada 1860-an. Bintang Timoor mengalami perubahan ortografi di kop mereka menjadi Bintang Timor. Pemberitaan Bintang Timor kebanyakan melayani kalangan bisnis Jawa Timur. Sekalipun demikian, sirkulasinya menjangkau kota-kota lain di luar Jawa Timur, bahkan sampai jauh ke Sumatera dan Makassar.


Pada tahun 1868, L. Magniez dan O. Th. Schutz memimpin Bintang Timor dan melakukan perubahan besar, yakni lebih tertarik menyoroti topik-topik berkenaan orang kecil seperti: kemiskinan, pemerasan terhadap wong cilik di desa-desa oleh aparatus kolonial, dan melonjaknya harga beras. Namun, meningkatnya harga cetak memaksa Bintang Timor menaikkan harga langganannya dari setahun 15 gulden untuk pelanggan di Surabaya dan 17 gulden untuk pelanggan di luar Pulau Jawa. Menjadi 10 gulden untuk 6 bulan di Surabaya dan 12 gulden untuk di luar Surabaya. Sehingga Bintang Timor tidak menyediakan lagi harga berlangganan untuk paket setahun.


Depresi ekonomi 1880-an akibat jatuhnya harga kopi dan gula yang mendadak, membuat bank-bank serta kongsi-kongsi dagang terancam bangkrut. Hal ini membuat banyak surat kabar yang terbit sejak 1875 mengalami kematian. Bintang Timor termasuk salah satu yang sanggup bertahan. Namun, seretnya iklan akibat lumpuhnya dunia usaha, akhirnya memaksa Gimberg Brother & Co pada tahun 1887 mengumumkan pailit dan tutup usia. Bintang Timor yang sudah berkiprah selama 24 tahun itu, akhirnya diambil alih dengan bandrol 24.600 gulden oleh Baba Tjoa Tjoan Lok, seorang Tionghoa kaya Surabaya. Peristiwa ini menjadi penanda bermulanya orang Tionghoa memasuki bisnis surat kabar di Hindia Belanda.