Koran Legendaris Koleksi Denny JA

Sinar Matahari - Makassar

Oleh JJ Rizal

Edisi pertama surat kabar ini diluncurkan pada Juni 1904 di Makassar, diterbitkan oleh Brouwer & Co.  Sinar Matahari terbit setiap Senin dan Kamis dengan tarif berlangganan 6 gulden pertahun.


Tidak banyak yang diketahu tentang surat kabar ini, kecuali ia merupakan pesaing surat kabar Pemberita Makassar. Pembaca kedua surat kabar ini, terutama orang Tionghoa Peranakan. Pada 1907, koresponden kedua surat kabar itu menulis artikel yang saling mencaci maki. Ini disebabkan oleh Perang Rusia-Jepang pada 1905 yang membangkitkan kepercayaan diri yang besar kepada orang Asia yang sering dipandang ras kelas dua. Menilik surat-surat pembacanya, contoh Jepang telah dijadikan inspirasi oleh orang Tionghoa untuk bersatu dan berjuang menuju kemadjuan. Kemenangan Jepang atas bangsa Eropa memang kerap dibahas di dalam Sinar Matahari—sebagaimana juga pers Tionghoa di Jawa dan Sumatra saat itu. Ini sekaligus mencerminkan ketidakpuasan laten mereka atas perlakuan pemerintah kolonial Balanda di seluruh Hindia Belanda. Hal itu setidaknya menjelaskan posisi surat kabar Sinar Matahari terkait pembentukan “kebangkitan Tionghoa” yang dimulai dengan pencarian identitas budaya Tionghoa untuk sebuah nasionalisme, bukan hanya di Hindia Belanda sebagai koloni Belanda, tetapi juga di Asia Tenggara yang ada di bawah koloni Inggris. Upaya ini menggambarkan kebutuhan orang Tionghoa untuk mendapatkan kesempatan lebih besar dalam menempuh kehidupan di negeri-negeri tempat mereka bermukim. Nasionalisme itu termanifestasi dalam pembentukan Tiong Hoa Hwee Koan di Batavia yang kemudian menjalar cepat, termasuk ke Makassar. Pada 1903, di sana didirikan perkumpulan Tiong Hoa Hok Tong yang sikap politik mereka tercermin dalam Sinar Matahari dan Pemberita Makassar. Semula mereka hanya menjadi pembaca, tetapi kemudian banyak yang melibatkan diri sebagai koresponden dan editor. Koran ini tutup pada 1919.