Koran Legendaris Koleksi Denny JA

Bintang Betawi - Batavia (Jakarta)

Oleh JJ Rizal

Bintang Betawi pertama terbit pada 1893. Penerbitnya J. Kieffer H.M. van Dorp & Co di Batavia dan terbit setiap hari. Kieffer adalah pemimpin surat kabar Bintang Barat yang terbit mingguan dan tersohor sebagai satu-satunya surat kabar non parokial di Batavia untuk pembaca dari segala ras dan agama. Ia seorang indo kelahiran 1835. Sebelum menerbitkan dan menjadi editor Bintang Betawi sampai wafatnya pada 1904, ia menjadi editor di Hindia Nederland, selain menjadi pendiri dan penerbit Pemberita Betawi pada 1884 dan editor Bintang Barat pada 1888.


E.F. Wiggers, seorang indo penulis yang sangat produktif dan wartawan kawakan bergabung di Bintang Betawi, Pada 1893, setelah keluar dari Bintang Barat. Selain Wigers, di Bintang Betawi berkarir pula sastrawan terkemuka lainnya sebagai redaktur, yaitu G.P.W. Francis yang terkenal dengan karyanya Cerita Nyai Dasima (1896). Sebelum bergabung dengan Bintang Betawi, Francis pernah menjadi redaktur mingguan Pengadilan di Bandung. Masih ada satu tokoh penting lagi di Bintang Betawi, yaitu F.D.J. Pangemanann, orang Minahasa yang bersama-sama dengan Tirto Adhi Soerjo dapat dikatakan sebagai penulis pribumi asli pertama. Kariernya di bidang jurnalistik dimulai saat ia bekerja di surat kabar Bintang Betawi. Cerita bersambungnya berjudul "Tjerita Rossina" dimuat dalam Bintang Betawi, kemudian diterbitkan kembali oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Tempo Doeloe.


Kieffer mengundurkan diri dari Bintang Betawi (1905) digantikan oleh Francis yang mengubah nama Bintang Betawi menjadi Bintang Batavia sampai surat kabar ini berhenti terbit pada 1909. Dalam bukunya Seabad Pers Kebangsaan (2007: 20-22) Taufik Rahzen dkk. menyebut Bintang Betawi sebagai surat kabar yang—selain media untuk mengiklankan film—pemberitaannya kerap mengkritisi kebijakan sosial Belanda di Hindia Belanda yang dianggap mengeruk kekayaan bumi Hindia. Bintang Betawi juga menyoroti nasib warga indo beribu pribumi yang didiskriminasi oleh pemerintah Hindia Belanda. Surat kabar ini juga ikut memompakan nasionalisme asia melalui pemberitaan serangan dan kemenangan Jepang ke Rusland.